Mempersiapkan Calon Penerima Sakramen Ekaristi (Komuni Pertama)

Menjelang penerimaan komuni pertama (sakramen ekaristi) para guru agama katolik, katekis, dan  pembina umat sibuk  mempersiapkan materi pembinaan. Materi pembinaan inilah yang nantinya akan diberikan kepada para calon penerima komuni pertama. Calon penerima komuni pertama umumnya masih mengenyam pendidikan sekolah dasar. Meski demikian tidak menutup kemungkinan ada juga orang dewasa, khususnya yang baru bergabung dalam persekutuan dengan Gereja Katolik.

Materi pembinaan tentu saja bukan hanya sekedar menghafal doa-doa pokok dalam Gereja Katolik atau hanya sekedar mengetahui perlengkapan liturgi. Tetapi lebih dari itu, para calon harus diarahkan untuk memahami secara baik apa itu sakramen ekaristi yang akan mereka terima. 

Selain itu perlu diingat dan disadari bahwa calon komuni pertama juga harus dipersiapkan untuk menerima sakramen tobat/pengakuan dosa. Sebab sebelum menerima sakramen ekaristi para calon akan terlebih dahulu menerima sakramen tobat yang juga mereka lakukan untuk pertama kalinya. Dengan demikian ada dua sakramen yang akan diterima oleh para calon yakni sakramen tobat dan sakramen ekaristi.

Sebagai guru agama, penulis merasa perlu meramu kembali materi pembinaan untuk calon komuni pertama. Semua materi yang disampaikan di sini bersumber dari Kitab Suci dan ajaran Gereja serta buku-buku rohani Katolik yang masih relevan baik yang bertebaran di jagat maya (internet) maupun buku koleksi pribadi. Selain itu, sebagian materi yang disajikan diambil dari panduan pembinaan untuk calon komuni pertama yang disusun oleh Seksi Liturgi Paroki Sang Penebus Waingapu. 

Karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada Seksi Liturgi Paroki Sang Penebus Waingapu yang telah menyusun dan membagikan panduan pembinaan untuk calon komuni pertama. Materi yang dibahas di sini kiranya memberikan manfaat bagi para pembina umat yang dipercayakan untuk memberikan pendampingan dan pembinaan untuk para calon komuni pertama. 

Materi pembinaan terbagi dalam beberapa pokok yakni pertama,  aneka perlengkapan liturgi dalam Gereja Katolik; kedua, Pemahaman tentang doa; ketiga, pengertian sakramen; keempat, sakramen tobat/pengakuan dosa; dan kelima sakramen ekaristi. Kelima pokok materi ini tentu bukan menjadi satu-satunya standar yang wajib atau pun siap pakai. Materi yang dibagikan di sini tepatnya sebagai salah satu referensi guna memperkuat wawasan dan pemahaman yang telah dimiliki oleh setiap guru agama, katekis, dan pembina umat dalam mempersiapkan calon komuni pertama.

A. Perlengkapan Liturgi Gereja Katolik

Pada bagian ini para calon komuni pertama diarahkan untuk mengetahui seluruh perlengkapan liturgi Gereja Katolik. Ada banyak perlengkapan liturgi yang harus diperkenalkan. Seluruh perlengkapan tersebut memiliki fungsinya masing-masing.

Agar peserta komuni pertama mengetahui secara lebih baik, alangkah baiknya pembina membawa peserta didik ke dalam Gereja dan menunjukan secara langsung semua benda/perlengkapan beserta warna-warna liturgi. Hal ini akan memudahkan peserta untuk memahaminya. 

Untuk melihat semua perlengkapan liturgi, sudah disiapkan file power poit untuk memudahkan pembina memberikan penjelasan kepada peserta. Selengkapnya LIHAT DAN DOWNLOAD DI SINI

B. Doa dalam Gereja Katolik

Arti doa

Doa berarti berbicara dengan Tuhan secara pribadi; doa juga merupakan ungkapan iman secara pribadi dan bersama-sama. Oleh sebab itu, doa-doa Kristiani biasanya berakar dari kehidupan nyata. 

Doa selalu merupakan dialog yang bersifat pribadi antara manusia dan Tuhan dalam hidup yang nyata ini. Dalam dialog tersebut, kita dituntut untuk lebih mendengar daripada berbicara, sebab firman Tuhan akan selalu menjadi pedoman yang menyelamatkan. 

Bagi umat Kristiani, dialog ini terjadi di dalam Yesus Kristus, sebab Dialah satu-satunya jalan dan perantara kita dalam berkomunikasi dengan Allah. Perantara ini tidak mengurangi sifat dialog antar-pribadi dengan Allah. 

Fungsi doa; 

Peranan dan fungsi doa bagi orang Kristiani, antara lain: 

  • mengkomunikasikan diri kita kepada Allah;
  • mempersatukan diri kita dengan Tuhan; 
  • mengungkapkan cinta, kepercayaan, dan harapan kita kepada Tuhan; 
  • membuat diri kita melihat dimensi baru dari hidup dan karya kita, sehingga menyebabkan kita melihat hidup, perjuangan dan karya kita dengan mata iman; 
  • e. mengangkat setiap karya kita menjadi karya yang bersifat apostolis atau merasul. 

Syarat dan cara doa yang baik: 

  • didoakan dengan hati; 
  • berakar dan bertolak dari pengalaman hidup; 
  • diucapkan dengan rendah hati. 

Cara-cara berdoa yang baik: 

  • Berdoa secara batiniah.“Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamar …” (lih. Mat 6: 5-6). 
  • Berdoa dengan cara sederhana dan jujur, “Lagi pula dalam doamu janganlah kamu bertele-tele … “ (lih. Mat 6: 7). 

Doa Resmi Gereja; 

Orang boleh saja berdoa secara pribadi atas nama pribadi dan berdoa bersama dalam suatu kelompok atas nama kelompok. Doa-doa itu tidak mewakili seluruh Gereja. Tetapi doa, di mana suatu kelompok berdoa atas nama dan mewakili Gereja secara resmi, doa kelompok yang resmi itu disebut ibadat atau liturgi. Hal yang pokok bukan sifat “resmi” atau kebersamaan, melainkan kesatuan Gereja dengan Kristus dalam doa. 

Doa-doa dalam liturgi Gereja Katolik adalah “karya Kristus, Imam Agung, serta Tubuh-Nya, yaitu Gereja”. Oleh karena itu, liturgi tidak hanya merupakan “kegiatan suci yang sangat istimewa”, tetapi juga wahana utama untuk mengantar umat Kristiani ke dalam persatuan pribadi dengan Kristus (SC 7).

C. Pengertian Sakramen

Sakramen berasal dari kata ‘mysterion’ (Yunani), yang dijabarkan dengan kata ‘mysterium’ dan ‘sacramentum’ (Latin). Sacramentum dipakai untuk menjelaskan tanda yang kelihatan dari kenyataan keselamatan yang tak kelihatan yang disebut sebagai ‘mysterium‘. 

Kitab Suci menyampaikan dasar pengertian sakramen sebagai misteri/ ‘mysterium‘ kasih Allah, yang diterjemahkan sebagai “rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad … tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang orang kudus-Nya” (Kol 1:26, Rom 16:25). Rahasia/ ‘misteri’ keselamatan ini tak lain dan tak bukan adalah Kristus (Kol 2:2; 4:3; Ef 3:3) yang hadir di tengah-tengah kita (Kol 1:27). 

Singkat kata, Sakramen yaitu hal-hal yang berkaitan dengan yang kudus atau yang ilahi. Sakramen juga berarti tanda keselamatan Allah yang diberikan kepada Manusia ”Untuk mengkuduskan manusia, membangun Tubuh Kristus dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah”(SC 59). Karena Sakramen sebagai tanda dan sarana keselamatan, maka menerima dan memahami sakramen hendaknya ditempatkan dalam kerangka iman dan didasarkan kepada iman. 

Gereja Katolik mengenal adanya pembagian sakramen, antara lain sakramen-sakramen inisiasi yakni sakramen permandian, sakramen penguatan, dan sakramen ekaristi; sakramen penyembuhan yakni  sakramen tobat, dan sakramen pengurapan orang sakit; dan sakramen pelayanan persekutuan dan perutusan yakni sakramen  imamat/pentahbisan, dan sakramen perkawinan.

Fokus pembahasan pada kesempatan ini adalah tentang sakramen tobat atau pengakuan dosa dan sakramen ekaristi. Berikut pembahasan lengkapnya:

D. Sakramen Tobat/Pengakuan Dosa

Sakramen pengampunan dosa atau rekonsiliasi adalah salah satu dari dua sakramen penyembuhan (KGK 1423–1424). Sakramen ini adalah sakramen penyembuhan rohani dari seseorang yang telah dibaptis yang terjauhkan dari Allah karena telah berbuat dosa. Dosa adalah perbuatan melawan cinta kasih Tuhan dan sesama. Setiap dosa berarti manusia menjauhkan diri dari Tuhan.

Selama hidup di dunia, kita tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa. Kita hidup dalam “situasi dosa”. Situasi dosa ini merasuki diri kita dan masyarakat kita sedalam dalamnya. Perjuangan untuk tetap teguh berdiri, tidak berdosa, memang merupakan proses perjuangan yang tidak kunjung selesai. Oleh karena itu, usaha untuk bangun lagi sesudah jatuh, berbaik lagi dengan Tuhan dan sesama, merupakan unsur yang hakiki dan harus selalu ada dalam hidup kita. 

Akibat dosa, manusia kehilangan rahmat Allah yang pernah ia terima dalam sakramen baptis. Dosa ikut mengotori kesucian Gereja Kristus. Relasi dengan sesama pun ikut rusak. Jika seseorang bertobat maka, ia pun berdamai kembali dengan Allah.

Para pengikut Kristus perlu bertobat dan membaharui diri secara terus-menerus di hadapan Tuhan dan sesama. Tanda pertobatan di hadapan Tuhan dan sesama itu diterima dalam perayaan sakramen tobat. Seseorang yang melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan kehendak Tuhan berarti dia memisahkan diri dari Tuhan dan sesama. 

Selama suatu kesalahan berat belum diampuni, ia tidak dapat ikut serta dalam ibadat umat secara sempurna. Dia ibarat cabang yang mati dari sebuah tanaman. Agar dia diterima kembali menjadi anggota umat yang hidup, dia harus bertobat dan menghadapi wakil umat (Pastor) untuk mendapatkan pengampunan. Tobat sejati menuntut agar kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan itu diperbaiki.

Dasar untuk Sakramen Tobat adalah perkataan Yesus sendiri sebelum naik ke Surga di dalam Yohanes 20:21-23; “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Dan sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” 

Yesus memberikan penugasan dan otoritas yang begitu penting kepada para murid, yaitu otoritas untuk mengampuni dosa. Memang hanya Tuhan yang mempunyai hak untuk mengampuni dosa manusia. Namun Yesus memberikan Roh KudusNya kepada para murid dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengampuni dosa untuk menguduskan umatNya sampai akhir jaman. 

Tugas para murid kemudian diteruskan oleh para uskup dan termasuk pembantu uskup, yaitu para pastor, maka kuasa mengampuni dosa yang diberikan oleh Yesus tidak hanya berhenti pada para rasul,  melainkan diteruskan juga kepada para uskup dan para imam sebagai pelayan Sakramen Tobat.

Syarat untuk Mengaku Dosa dengan Baik 

  • Memeriksa batin. Orang beriman yang hendak mengaku dosa, sangat diharapkan mengadakan pemeriksaan batin dengan baik sambil mengingat dosa-dosa yang dibuat. 
  • Sesal dan TobatPemeriksaan batin hendaknya menumbuhkan dalam hati orang yang beriman sikap sesal dan tobat akan dosa-dosa yang telah dilakukan, baik dengan sengaja (sadar, tahu, dan mau) maupun tidak dengan sengaja. 
  • Niat untuk memperbaiki diriOrang beriman harus berniat sungguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan-perbuatan dosa yang telah dilakukannya.i 
  • Mengaku dosa. Pemeriksaan batin, sesal dan tobat, serta niat untuk memperbaiki diri harus dilanjutkan dengan mengaku dosa-dosa kepada imam, wakil Kristus di dunia. Dengan itu, orang beriman menerima pengampunan dari Tuhan atas dosa-dosanya. 
  • Menjalankan penitensi yang diberikan oleh imam. Penitensi berari silih. Imam akan memberikan penitensi berupa doa dan keharusan melakukan suatu tindakan untuk menyilih dosa-dosa kita. Penitensi itu harus kita lakukan. 
  • Terbuka. Hendaknya orang beriman yang mau mengaku dosa-dosanya tidak boleh dengan sengaja menyembunyikan atau sengaja tidak mengaku dosa dosa tertentu – apalagi dosa-dosa berat – kepada imam. Bila hal ini terjadi, maka ia tidak menerima pengampunan dari Allah atas dosa-dosanya, malahan ia hanya menambah-nambah dosa, yang disebut dosa sakrilegi. 

Tahap-Tahap Sakramen Pengakuan Dosa 

Persiapan (di luar kamar pengakuan / dalam gereja) 

Berdoa Berdoa kepada Allah Roh Kudus untuk memohon pertolongan-Nya, supaya kita dapat mengingat semua kesalahan / dosa yang sudah kita Iakukan baik di rumah terhadap anggota keluarga, di tempat kerja, di sekolah terhadap guru, teman atau di manapun terhadap siapapun. Berdoalah mohon agar dapat menyesali segala dosa-dosa dangan baik. 

Contoh DOA: 

Allah Roh Kudus, tolonglah saya untuk mengingat segala perkataan, perbuatan dan kelalaian yang telah menyakiti orang lain dan yang sudah menyakiti hati Tuhan, dangan melanggar perintah-perintahMu. Bantulah saya untuk menyesali segala dosa saya dan dapat mengaku dangan baik, demi Kristus Tuhan dan pengantara kami, Amin. 

Memeriksa, menyadari dan mengingat-ingat dosa kita 

Setelah berdoa memohon bantuan rahmat Tuhan, sekarang periksalah batinmu untuk mengenal kelakuan-kelakuanmu yang bersifat dosa. Berikut ini adalah salah satu contoh panduan untuk memeriksa batin khusus bagi anak usia sekolah dasar dan menengah:

1. Di Gereja: 

  • Apakah setiap hari Minggu, saya mengikuti kurban misa di gereja atau tidak? 
  • Apakah saya selalu terlambat ke Gereja pada hari minggu atau tidak? 
  • Kalau terlambat, apakah itu salahku sendiri atau bukan?
  • Di gereja, apakah saya sungguh-sungguh menghormati Yesus dengan mengikuti Kurban Misa dengan baik atau main-main saja?
  • Saya bersikap hormat dan sopan atau tidak? 

2. Di Rumah: 

  • apakah saya taat pada ibu dan bapak atau tidak? 
  • Apakah saya nakal dan kurang hormat kepada ibu dan bapak serta saudara-saudari atau tidak? 
  • Apakah saya jujur kepada ibu dan bapak serta saudara-saudari atau tidak? 
  • Apakah saya selalu berkata benar atau selalu berbohong? 
  • Apakah saya selalu baik terhadap kakak dan adik saya atau nakal dan berkelahi dengan mereka? 
  • Apakah saya selalu berdoa pagi dan malam atau tidak? Bagaimana sebelum dan sesudah makan? 

3. Di Sekolah: 

  • Apakah saya mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh atau bermain-main saja? 
  • Apakah saya mendengarkan guru atau tidak? 
  • Apakah saya menurut perintah guru atau tidak? 
  • Apakah saya selalu jujur atau sering curang? 
  • Apakah saya pernah mengambil barang-barang sekolah dan teman-teman tanpa izin atau tidak? 
  • Kalau bermain dengan teman-teman, apakah sering curang? Nakal? Iri hati? Menolok-olok teman? Sombong? Suka berkelahi? Suka mengadu? 
  • Apakah waktu ujian saya menyontek atau tidak? 

4. Di Lingkungan Masyarakat

  • Apakah saya mencuri barang milik orang lain atau tidak? 
  • Apakah saya merusak barang mililk orang lain atau tidak? 
  • Apakah saya menipu orang lain atau tidak? 
  • Apakah saya mencari teman yang baik atau jahat? 
  • Apakah saya jajan tanpa membayar atau tidak? 
  • Apakah saya mengolok-olok orang atau tidak?
  • Apakah saya suka menolong orang atau tidak? 
  • Apakah saya  sering marah terus atau baik hati? 
  • Apakah saya menghujat nama Tuhan atau tidak? 
  • Apakah saya menghormati orang yang sudah tua atau tidak?
  • Apakah saya berkelahi dengan teman atau tidak?

Sakramen Tobat (di dalam ruang pengakuan)

1. Berlutut di hadapan Pastor sambil berkata:

Pastor, Berkatilah Saya Orang Berdosa” (Waktu Pastor Memberkati, Buatlah Tanda Salib). “Ini Pengakuan Saya Yang Pertama” (Bila Untuk Pertama Kalinya Menerima Sakramen Tobat). Atau “Pengakuan Saya Yang Terakhir . . . Minggu / 11 Bulan Yang Lalu” (Untuk Penerimaan Sakramen Tobat Yang Selanjutnya). 

2. “Dosa-Dosa Saya Adalah . . .  (Sebutkan Dosa Satu Persatu Secara Konkrit, Semuanya). Sesudah Selesai Mengakui Dosa-Dosa, Nyatakanlah: 

Pastor, Saya Menyesal Atas Dosa-Dosa Saya, Dan Dengan Hormat Saya Mohon Ampun Dan Denda / Absolusi Atas Dosa-Dosa Saya”. 

3. Dengarkan Pastor memberi nasihat dan denda dosa (penitensi)

Doa Tobat:

Allah yang maharahim, aku menyesal atas dosa-dosaku. Aku sungguh patut Engkau hukum, terutama karena aku telah tidak setia kepada Engkau yang maha pengasih dan maha baik bagiku. Aku benci akan segala dosaku, dan berjanji dengan pertolongan rahmat-Mu hendak memperbaiki hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi. Allah yang maha murah, ampunilah aku, orang berdosa. Amin. 

4. Pastor memberikan pengampunan (absolusi) dalam nama Tuhan Yesus, dengan berkata:

“… Saya mengampuni dosa-dosa Saudara dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”, Pastor memberkati, sambil kita membuat Tanda Salib. 

5. Setelah selesai kita ucapkan: “Terima Kasih Pastor”, lalu keluar dari kamar pangakuan. 

Sesudah Sakramen Tobat (di luar kamar pengakuan/dalam gereja) 

  1. Kita mendoakan doa-doa yang diberikan olah Pastor sebagai denda dosa (penitensi). 
  2. Kita mengucap syukur kepada Tuhan yang telah mengampuni dosa-dosa kita. 
  3. Lalu memohon bantuan Roh Kudus untuk dapat memperbaiki hidup kita dan tidak melakukan kesalahan / dosa lagi

E. Sakramen Ekaristi

Pada malam menjelang sengsara-Nya, Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk merayakan hari kemerdekaan bangsa-Nya (Paska) sesuai dengan adat istiadat Yahudi. Bangsa Yahudi memperingati pembebasan dari Mesir dalam sebuah perjamuan kekeluargaan. 

Dalam perjamuan Paska itu, Yesus mengambil roti (makanan sehari hari orang Yahudi), memecahkannya, dan membagi-bagikan roti itu seraya berkata: “Makanlah roti ini, karena inilah Tubuh-Ku yang dikorbankan bagimu.” (Tubuh adalah tanda kehadiran Yesus yang tersalib yang dikorbankan bagi kita). 

Kemudian, Yesus mengambil sebuah cawan (piala) berisi air anggur sambil berkata: “Minumlah semua dari cawan ini, karena inilah Darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal yang diadakan dengan kalian dan dengan semua manusia demi pengampunan dosa” (Darah menjadi tanda hidup. Jadi, kalau Yesus memberikan darah-Nya berarti Ia menyerahkan diri-Nya seluruhnya untuk kita). 

Kata-kata Yesus mengungkapkan wafat-Nya. Injil Matius dan Markus menambahkan bahwa “darah Nya ditumpahkan….”, yang berarti Ia dipersembahkan sebagai korban persembahan. Jadi, roti dan anggur menyatakan bagaimana Yesus mati (menumpahkan darah). Kemudian disebut juga, mengapa Ia harus mati, yaitu demi pengampunan dosa. Yesus kemudian berkata: “Kenangkanlah Aku dengan merayakan perjamuan ini.” (Baca: Luk 22: 14-23; Mat 26: 26-29; Mrk 14: 22-25) Maka Sejak zaman para rasul, umat Kristen suka berkumpul untuk bersyukur kepada Allah Bapa yang membangkitkan Yesus dari alam maut dan menjadikannya Tuhan dan Penyelamat. 

Berkumpul di sekitar meja Altar untuk menyambut Kristus dalam sabda dan perjamuan-Nya merupakan kehadiran Gereja yang paling nyata dan penuh; ungkapan yang paling konkret dari persatuan umat dan Tuhan serta persatuan para anggotanya.

Inilah yang menjadi dasar mengapa umat Katolik menyambut tubuh dan darah Kristus dalam rupa roti (hosti) dan anggur. Roti (Hosti) yang kita santap dan anggur yang kita minum pada waktu misa atau perayaan ekaristi sudah berubah wujudnya menjadi tubuh dan darah Kristus sendiri. Dengannya setiap orang yang percaya menjadi serupa denganNya.

Penutup

Mempersiapkan calon penerima komuni pertama tentu bukanlah tugas yang mudah, apalagi jika calonnya terdiri dari anak-anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah. Hanya mengandalkan kesanggupan akal budi belumlah cukup untuk menjelaskan misteri Tubuh dan darah Kristus dalam rupa roti dan anggur. Oleh karena itu dibutuhkan iman yang mendalam. Hal inilah yang mutlak ada dalam diri para pembina, guru agama, dan katekis. 

Perlu ditegaskan bahwa semua materi pembinaan yang disampaikan dalam artikel ini merupakan hasil rankuman dari berbagai sumber yang memang relevan dalam konteks pembinaan calon komuni pertama. Sehingga materi yang ada perlu dikelola kembali agar mudah dimengerti atau dipahami oleh para calon. 

Materi-materi pembinaan yang dikemukakan dalam artikel ini  belum sepenuhnya memberikan arahan yang komplit tentang bagaimana mempersiapkan calon penerima komuni pertama. Karena itu segala kritik dan saran yang baik sangat diharapkan.

Subscribe to receive free email updates:

7 Responses to "Mempersiapkan Calon Penerima Sakramen Ekaristi (Komuni Pertama)"

  1. Terima kasih atas materinya pa guru.
    Teruslah berkarya demi gereja dan negara
    Salam pro ecclesia et patria

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 pa guru, salam sukses di mana pun berada

      Hapus
  2. Terima kasih materinya, sangat bermanfaat

    BalasHapus
  3. terima kasih sudah berbagi dan menginspirasi, salam

    BalasHapus
  4. Terima kasih, sangat bermanfaat

    BalasHapus