Kesombongan Mendatangkan Kehancuran (Daniel 4: 1-37)

Kesombongan adalah sikap yang memegahkan diri sendiri terhadap segala pencapaian, prestasi, kemampuan serta kualitas diri. Sikap ini sangat dibenci oleh Tuhan karna kesombongan membuat orang menganggap dirinya paling benar dan tidak menghormati Tuhan. Sikap ini juga merupakan bukti bahwa manusia tidak menyadari jika kehidupan dan segala sesuatu yang dimilikinya adalah anugerah Allah. 

Dalam Kitab Daniel 4: 1-37 disajikan tentang kisah kesombongan yang dilakukan oleh Nebukadnezar. Dikisahkan bahwa Nebukadnezar adalah salah satu raja hebat yang pernah menjajah banyak suku bangsa. Hal ini dibuktikan dari mimpinya yang mengibaratkan Nebukadnezar seperti sebatang pohon yang besar, kuat dan tingginya sampai ke langit sehingga semua  binatang bernaung dan mendapatkan makanan dari padanya (ayat 11-12). 

Dua belas bulan sebelum Tuhan merendahkan Nebukadnezar, melalui perantaraan Daniel, Tuhan sesungguhnya sudah memperingatkan Nebukadnezar terkait dengan arti dari mimpinya tersebut  agar ia jangan sombong  namun Nebukadnezar lupa, ia menganggap kejayaan kerajaannya adalah karena kekuatannya sendiri ( ayat 30) dan  mimpi itu menjadi kenyataan, akibat kesombongannya. 

      Gambar dari pexels.com

Selama tujuh tahun ia dihalau dari antara manusia dan  hidup seperti binatang (ayat 33). Namun ini bukanlah akhir dari hidup Nebukadnezar karena setelah masa 7 tahun itu, ia kembali menyadari kesalahannya dengan merendahkan dirinya, lalu ia memuji,meninggikan serta memuliaan Allah atas kekuasaan-Nya yang kekal turun temurun ( ayat 34, 37). Segala yang dimiliki Nebukadnezar sebelumnya dikembalikan kepadanya yakni kebesaran dan kemuliaan bahkan lebih lagi didapatkan lagi olehnya (ayat 36).

Dari kisah Nebukadnezar di atas, dapat ditarik beberapa pokok pikiran yang kiranya bisa menambah wawasan, pemahaman sekaligus penghayatan iman setiap orang percaya, antara lain: 

Kesombongan akan Membawa Kehancuran

Ketika Nebukadnezar meninggikan dirinya sendiri, ia ditolak oleh Allah. Akibatnya segala yang dibangga-banggakan hilang, hidupnya pun hancur. Bahkan ia berperilaku dan hidup seperti binatang. Dalam konteks ini secara jelas Allah tidak menghendaki perilaku sombong dalam diri manusia. Sebab, manusia dari kodratnya bergantung sepenuhnya kepada Allah. 

Dengan demikian, manusia tidak memiliki alasan yang cukup untuk memegahkan dirinya sendiri sembari merendahkan orang lain. Perlu disadari bahwa Allah sendirilah yang akan menghukum orang yang sombong atau congkak hati.  

Kerendahan Hati Mendatangkan Kemuliaan 

Hukuman Allah ternyata membuat Nebukadnezar sadar. Hukuman Allah yang kian dasyat itu membuatnya sadar akan kesombongannya. Perlu dicatat bahwa Nebukadnezar tidak berhenti pada sikap menyadari. Namun lebih dari itu ia merendahkan dirinya di hadapan Allah. Ketika Nebukadnezar merendahkan dirinya, ia kembali mendapatkan kasih karunia Allah. Ia yang diasingkan seperti binatang diangkat kembali derajatnya bahkan kemuliaannya bertambah (Bdk Amsal 3:34). 

Pengakuan akan Kebesaran Allah

Nebukadnezar mengakui bahwa segala hikmat dan kejayaan yang ia miliki adalah berkat kebesaran Allah dan segala sesuatu yang dimilikinya hanyalah titipan Allah. Untuk itu ia tidak punya hak untuk menyombongkan diri. Pengakuan akan kebesaran Allah meruntuhkan kesombongan diri. Pengakuan ini merupakan bentuk kerendahan hati. Orang yang rendah hati sendantiasa mengandalkan Allah dalam setiap usaha dan perjuangan hidupnya. 

Dari pokok-pokok pikiran di atas bisa ditemukan cara yang tepat untuk menghadapi dosa kesombongan yang muncul dalam diri, yakni pertama orang perlu menyadari akan kesombongan dalam diri sendiri. Tentunya hal ini tidaklah mudah karena manusia mudah terjebak dalam sikap sombong. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran untuk merendahkan diri, meminta Tuhan untuk menyadarkan kita dan memohon pengampunan-Nya dan pertolongan-Nya untuk bersikap rendah hati. 

Kedua, orang juga harus senantiasa memerangi sikap sombong yang timbul dengan selalu memandang kebesaran Allah dan kasih Allah kepada manusia. Orang perlu memandang kebesaran dan kasih Allah dengan meneladani Yesus Kristus yang walaupun sehakekat dengan Allah tapi rela merendahkan diriNya menjadi sama seperti manusia. Ia taat kepada Allah Bapa bahkan sampai mati demi penebusan manusia yang dicintai-Nya (Filipi 2 :7-8). 

Dan yang ketiga, hendaklah setiap orang selalu menjaga hati dengan rajin berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa. Doa yang dilantunkan hendaknya keluar dari hati yang murni, jujur, tulus serta iklas. Melalui doa, orang yang percaya akan mendengarkan bisikan Tuhan untuk dihayati dalam kehidupan. Amin 


Penulis:
Herneta Maria Maghu, S.Pd
Staf Pengajar di SMA PGRI Waingapu, Sumba Timur, NTT

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Kesombongan Mendatangkan Kehancuran (Daniel 4: 1-37)"