Perlukah Membandingkan Diri dengan Orang Lain?

Apa yang kita rasakan ketika kita dibandingkan dengan orang lain? Bisa senang bisa juga sakit hati. Senang jika dalam perbandingan itu kitalah yang lebih baik dan kita akan merasa sakit hati jika dalam perbandingan itu kita lebih buruk. 

Membanding-bandingkan atau dibandingkan-bandingkan sering terjadi didalam kehidupan kita. Baik kita yang di bandingkan maupun kita yang membandingkan. Perbandingan ini bisa berupa fisik, apa yang kita pakai, talenta, prestasi, materi dan lain sebagainya, contohnya ada yang berkata, “saya lebih kurus dari dia, ata juga dia lebih kaya tapi saya lebih rendah hati. 

Dalam kehidupan berkeluarga pun banyak orangtua yang membanding-bandingkan anaknya seperti mengatakan yang kakak lebih pintar dari yang adik. Begitu pun sebaliknya, sehingga akibat dari membanding-mandingkan  dapat membuat anak merasa rendah diri, tidak percaya diri. Bahkan, lebih parahnya lagi anak tidak mau bersyukur atas keberadaannya. Dan, masih banyak hal lainnya yang sering dijumpai dalam membanding-bandingkan. 

Foto oleh R. Fera dari Pexels

Nah, hal ini bisa mengakibatkan timbulnya persaan iri hati,sakit hati dan dendam. Di dalam Alkitab terutama Kitab 1 Samuel  18 : 6-14 dideskripsikan mengenai  kisah Saul dan Daud. 

Berikut kutipan lengkapnya: 

Tetapi pada waktu mereka pulang, ketika Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin itu, keluarlah orang-orang perempuan dari segala kota Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan menari-nari dengan memukul rebana, dengan bersukaria dan dengan membunyikan gerincing;  dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa. Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: "Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja  itupun jatuh kepadanya."Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki  Daud. Keesokan harinya roh jahat  yang dari pada Allah itu berkuasa atas Saul, sehingga ia kerasukan   di tengah-tengah rumah, sedang Daud main kecapi  seperti sehari-hari. Adapun Saul ada tombaki  di tangannya. Saul melemparkan tombak itu, karena pikirnya: "Baiklah aku menancapkan Daud ke dinding. "Tetapi Daud mengelakkannya  sampai dua kali. Saul menjadi takut  kepada Daud, karena Tuhan  menyertai  Daud, sedang dari pada Saul Ia telah undur. Sebab itu Saul menjauhkan Daud dari dekatnya dan mengangkat dia menjadi kepala pasukan seribu, sehingga ia berada di depan   dalam segala gerakan tentara.  Daud berhasil di segala perjalanannya, sebab Tuhan menyertai  dia.

Dari bacaanKitab Suci di atas, kita melihat bahwa sesungguhnya sikap membanding-bandingkan sudah ada sejak zaman Perjanjian Lama. 

Daud adalah seorang muda yang diberkati Tuhan, kemenangannya atas Goliat menunjukkan betapa hidupnya dipimpin oleh Tuhan. Kemenangan ini disambut dengan sukacita oleh Bangsa Israel karena Daud dengan postur yang kecil itu mampu mengalahkan Goliath yang berpostur besar seperti raksasa. 

Kegembiraan bangsa Israel ini di tunjukkan dengan nyanyian-nyanyian mereka berupa pujian-pujian ( ayat 7) "Dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: Saul mengalahkan beribu-ribu musuh tetapi Daud berlaksa-laksa". Pujian ini mendatangkan sukacita bagi Daud tetapi tidak bagi Saul, karena Ia adalah seorang raja dan dia dibandingkan dengan daud yang adalah prajuritnya. 

Kemarahan Saul terlihat jelas dalam ayatnya yang ke 8 bagaimana Saul sangat marah terhadap situasi yang terjadi pada dirinya, sehingga timbullah rasa kesal dan dengki terhadap Daud, yang dibanding-bandingkan oleh bangsa Israel dengan dirinya. Oleh karena amarah, dengki, dendam, iri hati yang ada pada diri Saul sangatlah besar terhadap Daud maka ia dipenuhi oleh roh jahat dari Allah, (Ayat 11). 

Ayat ini jangan di artikan bahwa Allah yang mengutus roh jahat secara langsung atas hidup Saul, akan tetapi Allah mengizinkan roh jahat untuk merasuki saul ( Arti kata roh jahat dari pada Tuhan adalah Tuhan mundur dari pada Saul dan atas seijin Tuhan maka roh-roh jahat mulai mengintimidasi Saul). 

Ketika Saul telah dirasuki oleh roh jahat maka hal yang ingin ia lakukan adalah mempraktekan amarahnya dengan cara membunuh daud dengan tombak yang ada ditangannya akan tetapi Daud dapat menghindarinya oleh karena penyertaan Tuhan terjadi atas hidupnya. 

Melihat hal itu maka takutlah Saul terhadap Daud atas apa yang telah ia lihat, Saul melihat bahwa Tuhan benar-benar memberkati kehidupan Daud sehingga ia dapat terhindar dari segala celaka. Daud pun terus diberkati oleh Tuhan sehingga ia mendapatkan posisi yang baik yaitu menjadi kepala pasukan tentara. 

Segala sesuatu yang dikerjakan Daud dibuat berhasil oleh Tuhan oleh karena Tuhan memberkati kehidupan Daud yang selalu bersyukur kepada Tuhan.

Bercermin dari kisah Saul dan Daud, kita dapat belajar bagaimana seharusnya kita merespon apa yang kita temui dalam kehidupan ini:

Bersyukur dengan Apa yang Kita Miliki

Artinya apapun yang ada pada kita, apapun keberadaan kita, apapun talenta kita, bagaimanapun fisik kita itu tidak lagi membuat kita merasa rendah atau kurang dibandingkan dengan orang lain, melainkan menyadari bahwa Tuhan menciptakan kita dengan talenta atau kebisaan kita masing-masing dan percaya bahwa tidak ada produk Allah yang gagal atau tidak sempurna sebab Allah menjadikan kita segambar dan serupa denganNya. 

Mendekatkan Diri kepada Tuhan

Dengan mendekatkan diri kepada Tuhan maka perasaan iri, dengki, dendam dan amarah tidak akan pernah menguasai akan kehidupan kita. Hal inilah yang tidak melekat pada diri Saul sehingga ia merasakan iri terhadap Daud. Oleh karena itu kita harus menjadikan Tuhan itu kebutuhan kita yang selalu kita rindukan setiap waktu, dengan cara membaca Alkitab, berdoa, saat teduh dan lain sebagainya. Sebab jika Roh Tuhan yang memenuhi kita maka roh jahat tidak dapat merasuki kita.

Berkat Tuhan Bagi Kita Tidak Pernah Salah

Artinya, ketika kita diciptakan oleh Tuhan dengan berkat melalui talenta atau kebisaan kita masing-masing maka disitu ada maksud Tuhan yang ingin dinyatakan bagi kita untuk mempermuliakan namaNya. Ada yang diberkati melalui talenta bernyanyi, ada yang bisa bermain musik, ada yang bisa berkhotbah dan lain sebagainya.  

Hal ini diberikan Tuhan dengan maksud dan tujuan masing-masing oleh karena itu kita seharusnya tidak mempertanyakan mengapa dia lebih dari saya dan bukan saya yang lebih dari dia, dan seterusnya. Teruslah menyadari bahwa Tuhan tidak pernah salah untuk memberkati kita. 

Jangan memperdebatkan perbedaan berkat yang di terima dari Tuhan. Sebab, perbedaan itu indah jika disandingkan dan bukan dipertandingkan. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Perlukah Membandingkan Diri dengan Orang Lain?"

Posting Komentar