Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas Pelajaran Agama Katolik

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XII IPS 4 SMAN 1 PAHUNGA LODU TENTANG MATERI PANGGILAN HIDUP MEMBIARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
Oleh Yasintus Ariman, S. Fil (Guru Pendidikan Agama Katolik SMAN 1 Pahunga Lodu, 
Sumba Timur, NTT 2023


Kata pengantar

Puji syukur ke Hadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas tuntunanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian Tindakan Kelas ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Judul Penelitian Tindakan Kelas yang diajukan adalah “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XII IPS 4 SMAN 1 Pahunga Lodu Tentang Materi Panggilan Hidup Membiara dengan Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning”

Proposal Penelitian Tindakan Kelas ini dibuat sebagai bagian dari tugas yang harus diselesaikan penulis sebagai mahasiswa Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan tahun 2023 di STK St. Yakobus Merauke. Patut disadari bahwa untuk menyelesaikan tugas ini dibutuhkan komitmen serta kerja keras agar bisa menyelesaikannya tepat waktu. 

Gambar dari pexels.com

Tugas ini pun bisa terlaksana dengan baik tidak terlepas dari arahan para dosen yakni Rikardus Kristian Sarang, S.Fil, M.Pd dan Yan Yusuf Subu, S.Fil, M.Hum serta beberapa komentar atau masukan dari teman-teman kelas L dan Kelas B STK St. Yakobus Merauke. Karena itu sudah seharusnya penulis menyampaikan terima kasih berlimpah atas semua kebaikannya.

Menyadari segala keterbatasan serta kekurangan yang penulis miliki, tentunya proposal Penelitian Tindakan Kelas ini masih jauh dari kata sempurna. Karena itu segala kritikan dan saran dari bapak dosen serta teman-teman yang mungkin saja membacanya, sangat penulis harapkan.

Pahunga Lodu, 12 Juli 2023

Penulis

Yasintus Ariman, S. Fil

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar belakang masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia kiranya merupakan hal yang tak dapat dibantah. Pada kenyataanya pendidikan telah dilaksanakan semenjak adanya manusia, hakikatnya pendidikan merupakan serangkaian peristiwa yang komplek yang melibatkan beberapa komponen antara lain: tujuan, peserta didik, pendidik, isi atau bahan cara atau metode dan situasi lingkungan. Hubungan keenam faktor tersebut berkait satu sama lain dan saling berhubungan dalam suatu aktifitas satu pendidikan. Kegagalan pengajaran dapat terjadi karena pendidik atau guru pengampu mata pelajaran kurang mempersiapkan diri secara baik. 

Selain itu banyak guru atau pendidik yang merasa diri sudah dapat mengajar dengan baik, sehingga banyak yang suka mengajar dengan jalan pintas, tidak mempersiapkan perencanaan pembelajaran, tidak mampu mengimplementasikan metode atau model pembelajaran dengan situasi dan kebutuhan peserta didik. Akibatnya, pembelajaran yang berlangsung bersifat monoton dan membosankan. Perlu disadari bahwa keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan pendidik mengembangkan model-model pembelajaran yang berorentasi pada peningkatan intensitas keterlibatan peserta didik secara efektif di dalam proses pembelajaran. 

Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga peserta didik dapat meraih belajar dan prestasi yang optimal. Pendidik dapat memilih beberapa model ataupun metode pembelajaran yang membantu pelaksanaan pembelajaran agar berjalan dengan baik. Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap pendidik sebaiknya memiliki pengetahuan yang memadai berkenan dengan konsep dan cara menerapkan model-model tersebut dalam pembelajaran (Mulyasa (2005:41).

Dalam hubungannya dengan pelajaran pendidikan Agama Katolik, penulis mengangkat satu topik yang dianggap perlu untuk ditingkatkan proses pembelajarannya. Panggilan hidup membiara merupakan salah satu materi pelajaran Pendidikan Agama Katolik Kelas XII. Pada kenyataannya, masih banyak peserta didik yang belum memiliki pengetahuan dasar yang cukup untuk memahami materi tentang panggilan hidup membiara. Bahkan banyak dari antara peserta didik yang merasa aneh ketika mendapat penjelasan bahwa mereka yang menjalani hidup membiara dituntut untuk tidak kawin (dalam hal ini selibat) atau tidak menjalani hidup berkeluarga. Bagi mereka corak hidup selibat tidak tren di kalangan masyarakat modern.

Lebih jauh lagi, peserta didik merasa tidak perlu mendalami materi panggilan hidup membiara karena toh mereka tidak memilihnya untuk dijalankan dalam kehidupan nyata. Sehinnga ketika materi ini diangkat dalam aktivitas pembelajaran, peserta didik tidak antusias untuk mendengar atau mengikutinya. Hal ini tentu berdampak pada prestasi atau kemampuan mereka dalam memahami materi panggilan hidup membiara. 

Temuan seperti inilah yang mendorong penulis untuk menggali lebih dalam tentang metode atau cara tepat agar memudahkan peserta didik tertarik dan mau memahami konsep serta corak hidup orang-orang yang memutuskan untuk hidup membiara. 

1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan, yaitu bagaimana cara yang bisa ditempuh oleh penulis (sebagai guru) agar peserta didik dapat lebih bersemangat mengikuti pelajaran khusunya materi panggilan hidup membiara? Guna menjawab permasalahan ini, penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran Discovery Learning. Sebab, hemat penulis model pembelajaran ini sanggup mendorong peserta didik untuk antusias menerima pelajaran berkaitan dengan materi panggilan hidup membiara. Sebab model pembelajaran ini menekankan agar peserta didik mampu menemukan informasi dan memahami konsep pembelajaran secara mandiri berdasarkan kemampuan yang dimilikinya namun tidak tanpa bimbingan dan pengawasan guru agar pembelajaran yang mereka dapatkan terbukti benar (Psl Buana, 2017).

Penulis membatasi diri untuk fokus pada salah satu kelas, dalam hal ini kelas XII IPS 4 SMAN 1 Pahunga Lodu. Rumusan masalah ini tertuang dalam judul tulisan proposal ini yakni Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Kelas XII IPS 4 tentang Materi Panggilan Hidup Membiara dengan Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning.

1.3 Tujuan penelitian

Ada pun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar pada materi “Panggilan Hidup Membiara” dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning  bagi peserta didik kelas XII IPS 4 SMAN 1 Pahunga Lodu.

1.4 Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini kiranya bisa memberi manfaat bagi semua pihak yang terkait, dalam hal ini bagi guru (peneliti) sendiri, bagi peserta didik serta bagi satuan pendidikan.

a. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat mempengaruhi proses pembelajaran yang kiranya dapat membantu meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Katolik khususnya materi “Panggilan Hidup Membiara” dan memberikan pilihan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi peserta didik, sekaligus meningkatkan mutu kegiatan pembelajaran Agama Katolik.

b. Bagi Peserta Didik, dapat meningkatkan pemahamannya tetang materi “Panggilan Hidup Membiara” dan dapat menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari berupa teladan hidup kasih dan pelayanan sebagaimana ditunjukkan oleh kaum biarawan dan biarawati yang ada di Paroki atau lingkungannya. Dan tidak tertutup kemungkinan ada peserta didik yang memutuskan untuk memilih jalan hidup membiara.

c. Bagi Satuan Pendidikan, model pembelajaran Discovery Learning bisa menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan mutu atau kualitas pembelajaran di sekolah

Bab 2 Kerangka Teori

2.1 Landasan Teori

2.1.1  Pengertian Hasil Belajar

Menurut Abdurahman, hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Anak-anak yang berhasil dalam belajar ialah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional (Mulyono Abdurrahman, 2013: 38). Sedangkan menurut Usman hasil belajar perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara satu individu dengan individu lainnya dan antara individu dengan lingkungan (Muhammad Uzer Usman, 2012: 8). Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar juga merupakan salah satu indikator dari proses belajar,  perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. 

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku : kognitif, afektif, dan psikomotorik, setelah selesai melaksanakan proses pembelajaran yang dibuktikan dengan hasil evaluasi berupa nilai. 

Dalam konteks ini perlu dijelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu yang berasal dari dalam peserta didik yang belajar (fakor internal) dan ada pula yang berasal dari luar peserta didik yang belajar (faktor eksternal). Menurut Slameto (Slameto, 2013), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu: 1) Faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah dan faktor psikologis. 2) Faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga, fakor sekolah, dan faktor masyarakat. Sedangkan faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain : 1) Faktor internal yaitu kondisi/ keadaan jasmani dan rohani peserta didik. 2) Faktor Eksternal yaitu kondisi lingkungan di sekitar peserta didik misalnya faktor lingkungan 3) Faktor pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pembelajaran.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya faktor jasmani dan rohani siswa, hal ini berkaitan dengan masalah kesehatan siswa baik kondisi fisiknya secara umum, sedangkan faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi. Hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan (Sudjana dan Rivai, 2011).

Hasil belajar harus menunjukkan perubahan keadaan menjadi lebih baik, sehingga bermanfaat  untuk menambah pengetahuan, agar lebih memahami sesuatu yang belum dipahami sebelumnya, agar lebih mengembangkan keterampilannya, memiliki pandangan yang baru atas sesuatu hal, dan agar lebih menghargai sesuatu dari pada sebelumnya. Dengan demikian, istilah hasil belajar merupakan perubahan siswa sehingga terdapat perubahan dari segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Indikator hasil belajar pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis besar indikator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak dicapai, dinilai, atau bahkan diukur (Sudjana dan Ibrahim, 2015). Indikator hasil belajar menurut Benjamin S.Bloom dengan Taxonomy of Education Objectives membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, yakni semua yang berhubungan dengan otak serta intelektual. afektif, semua yang berhubungan dengan sikap, dan sedangkan psikomotorik (Nurgiantoro, 2014)

2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning

Model pembelajaran discovery learning menurut Alma dkk (2010:59) yang juga disebut sebagai pendekatan inkuiri bertitik tolak pada suatu keyakinan dalam rangka perkembangan peserta didik secara independen. Model ini membutuhkan partisipasi aktif dalam penyelidikan secara ilmiah. Hal ini sejalan juga dengan pendapat yang menyatakan  bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Dalam pembelajaran discovery, peserta belajar untuk mengenali masalah, solusi, mencari informasi yang relevan, mengembangkan strategi solusi, dan melaksanakan strategi yang dipilih. Dalam kolaborasi pembelajaran penemuan, peserta tenggelam dalam komunitas praktek, memecahkan masalah bersama-sama. Selanjutnya Depdikbud (2014: 14) juga menyebutkan bahwa Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry). Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian.

Menurut Alma, dkk (2010:61) Model Discovery Learning ini memiliki pola strategi dasar yang dapat diklasifikasikan ke dalam empat strategi belajar, yaitu penentuan problem, perumusan hipotesis, pengumpulan dan pengolahan data, dan merumuskan kesimpulan. Sedangkan Dedikbud (2014:45) tahapan dalam pembelajaran yang menerapkan Discovery Learning ada 6, yakni:

Pertama, Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), Pertama-tama peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. 

Kedua, Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah), Pada tahap ini, guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)

Ketiga,  Data collection (Pengumpulan Data), Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. 

Keempat, Data Processing (Pengolahan Data), Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

Kelima, Verification (Pembuktian), pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Verifikasi menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

Keenam, Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi), Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

2.1.3 Pengertian Panggilan Hidup Membiara

Hidup membiara atau hidup bakti merupakan penyerahan diri secara penuh kepada Tuhan, bukan karena seseorang pandai, hebat dan pantas, namun karena Tuhan lebih dahulu mencintai dan memanggil manusia, sehingga manusia mempersembahkan hidup kepada Tuhan agar ikut dilibatkan dalam karya kasih bagi umat manusia. Menurut Kitab Hukum Kanonik 573, Hidup bakti adalah yang atas dorongan Roh Kudus mengikuti Kristus lebih dekat, yang dilengkapi dengan dasar baru dan khusus untuk mewartakan kemuliaan surgawi. 

Salah satu panggilan hidup dalam tradisi Gereja katolik adalah panggilan hidup membiara.  Panggilan hidup membiara itu sendiri merupakan salah satu bentuk hidup selibat yang dijalani oleh mereka yang dipanggil untuk mengikuti Kristus secara total dan menyeluruh. Hidup membiara lebih sebagai corak hidup, bukan fungsi gerejawi. Dengan kata lain, hidup membiara adalah suatu corak atau cara hidup yang di dalamnya orang hendak bersatu dan mengikuti Kristus secara tuntas, melalui kaul yang mewajibkannya untuk hidup menurut tiga nasihat injil, yakni keperawanan, kemiskinan, dan ketaatan (bdk. LG 44). Melalui kaul keperawanan, orang membaktikan diri secara total dan menyeluruh kepada Kristus; dengan mengucapkan kaul kemiskinan, orang berjanji akan hidup secara sederhana dan rela menyumbangkan apa saja demi kerasulan; dan dengan mengucapkan kaul ketaatan, orang berjanji akan patuh kepada pimpinannya dan rela membaktikan diri kepada hidup dan kerasulan bersama. 

Kaul-kaul tersebut di atas bukan inti hidup membiara. Inti hidup membiara adalah persatuan erat dengan Kristus melalui penyerahan diri secara total dan menyeluruh kepadaNya. Orang yang hidup membiara menyerahkan diri secara utuh kepada Allah  yang memanggilnya untuk terlibat secara penuh dalam karya keselamatan Tuhan bagi umat manusia (Paul Suparno, 2016: 27-33). Hal itu diusahakan untuk dijalani melalui ketiga kaul yang disebutkan di atas. Bentuk hidup selibat lainnya adalah hidup tidak menikah, yang dijalani oleh kaum awam, demi Kerajaan Surga. Mereka memilih tidak menikah bukan karena menilai hidup berkeluarga itu jelek atau bernilai rendah, melainkan demi Kerajaan Surga (bdk. Mat 19: 12). Dalam hidup tidak menikah, mereka menemukan dan menghayati suatu nilai yang luhur, yakni melalui doa dan karya memberikan cintanya kepada semua orang sebagai ungkapan kasih mereka kepada Allah. 

2.2. Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung permasalahan terhadap bahasan, peneliti berusaha malacak berbagai literature dan penelitian terdahulu yang masih relevan terhadap masalah yang menjadi obyek penelitian saat ini. Selain itu yang menjadi syarat mutlak bahwa dalam penelitian ilmiah menolak yang namanya plagiarisme atau mencontek secara utuh hasil karya tulisan orang lain. Oleh karena itu, untuk memenuhi kode etik dalam sebuah penelitian ilmiah maka sangat diperlukan eksplorasi terhadap penelitian yang telah dibuat oleh orang-orang terdahulu yang relevan. Tujuannya ialah untuk menegaskan penelitian, posisi penelitian dan sebagai teori pendukung guna menyusun konsep berpikir dalam penelitian. Berdasarkan hasil eksplorasi terhadap penelitian terdahulu, peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Meskipun terdapat keterkaitan pembahasan, penelitian ini masih sangat berbeda dengan penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu tersebut antara lain: 

1. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Katolik Dan Budi Pekerti Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning Bagi Siswa Siswi Kelas X UPW 1 SMK Sadar Wisata Tahun Pelajaran 2021/2022 oleh Julietta Maria Goretti Padachan, S.Ag. SMK Sadar Wisata Ruteng. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pendidikan agama  katolik dan Budi Pekerti kelas X UPW 1 SMK Sadar Wisata pada tahun pelajaran 2021/2022.

2. Pengaruh Penerapan Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Agama Katolik Oleh Helfra Durasa dan Yuliana Jelimin (Jurnal Ilmiah pendidikan Dasar, Februari 2023) . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Agama Katolik dan Budi Pekerti. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDK Narang 2 semester 1 tahun ajaran 2022/2023. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa masalah yang dihadapi siswa adalah rendahnya hasil belajar siswa, baik secara afektif, kognitif maupun psikomotor disebabkan oleh kurangnya kesadaran diri dan lingkungan untuk memotivasi peserta didik dalam aspek spiritual, sosial maupun motivasi belajar. Dan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka diperlukan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan salah satunya adalah model discovery learning. 

Bab 3. Metode Penelitian

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah sebuah penelitian yang dilakukan dengan jalan pencermatan terhadap kegiatan belajar mengajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2006: 91). Desain Penelitian Tindakanm Kelas di  sini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Terdapat empat aspek pokok yang terdapat dalam penelitian tindakan menurut Kemmis dan Mc. Taggart dalam (Madya, 2006: 59-63), yakni: penyusunan rencana,  tindakan, observasi, dan refleksi

3.2 Variabel Penelitian

Ada tiga variabel dalam penelitian ini yakni pertama variabel input yang merupakan poengetahuan awal peserta didik, materi pembelajaran tentang panggilan hidup membiara serta wawasan dan bekal keterampilan guru (peneliti) mengelola pembelajaran. Kedua, Variabel Proses Variabel proses yaitu aktivitas guru dan juga peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan model pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan pemahaman peserta didik itu sendiri pada materi Panggilan Hidup membiara. Ketiga, Variabel Output berkaitan dengan kualitas pembelajaran setelah dilakukan pembelajaran dengan model discovery learning. Dalam penelitian ini, kualitas pembelajaran tersebut adalah peningkatan pemahaman peserta didik pada materi panggilan hidup membiara. 

3.3 Populasi dan Sampel

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XII yang beragama katolik di SMAN 1 Pahunga Lodu. Sampelnya adalah peserta didik kelas XII IPS4 yang beragama katolik. 

3.4 Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berfungsi untuk mengukur seberapa banyak  peserta didik yang mampu memahami pelajaran pendidikan agama katolik dengan materi Panggilan hidup membiara. Dan data kualitatif untuk mengukur sejauh mana keaktifan dan antusiasme peserta didik untuik mengikuti pelajaran agama katolik dengan materi panggilan hidup membiara. 

Sumber datanya berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari peserta didik yang merupakan subyek penelitian dan data sekunder atau data pendukung yang diperoleh melalui studi pustaka.

Teknik atau cara pengumpulan data kualitatif yaitu melalui pelaksanaan observasi atas keaktifan siswa, keaktifan guru, suasana pembelajaran dan respon/tanggapan siswa tentang pembelajaran yang dilakukan dengan memakai alat bantu lembar observasi sistematik. Sedangkan cara pengumpulan data kuantitatif adalah melalui proses penilaian/ assessment setiap akhir sesi pembelajaran pada setiap siklus yang merekam daya serap siswa terhadap pembelajaran. Jenis tagihan yang digunakan adalah tes dengan teknik penilaian tes tulis dalam bentuk tes uraian.

Daftar Pustaka

  1. Mulyasa, E. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakaryai.
  2. Psl Buana, 2017 http://repository.unpas.ac.id/30925/3/9a%20bab%20ii.pdf
  3. Mulyono Abdurrahman,2013, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta : Rineka Cipta.
  4. Muhammad Uzer Usman, 2012, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya.
  5. Slameto, 2013, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta.
  6. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2011, Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru.
  7. Nana Sudjana dan Ibrahim, 2015, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algesino.
  8. Burhan Nurgiantoro, 2014, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, Yogyakarta: BPFE.
  9. Alma, Buchari, dkk. 2010. Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Penerbit Alfabeta.
  10. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 103 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
  11. Paul Suparno, SJ , 2016, Hidup Membiara di Zaman Modern, Yogyakarta, penerbit Kanisius
  12. https://jurnal.unikastpaulus.ac.id/index.php/je EDUNET: The Journal of Humanities and Applied Education, Volume 1, No 2, Juni 2022
  13. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar (JIPDAS), Februari 2023 https://jurnal.spada.ipts.ac.id/index.php/JIPDAS 
  14. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
  15. Madya, Suwarsih. 2006. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas Pelajaran Agama Katolik"

Posting Komentar